Mengapa Tuhan “Mengizinkan” Adanya Kejahatan dan Bencana di Muka Bumi?

"Kalau Tuhan itu Mahabaik, Mahaadil, Mahatahu, mengapa Dia membiarkan kejahatan dan penderitaan ada di muka bumi ini ?"

Mengapa Tuhan mengizinkan adanya kejahatan di bumi ?

Tanya seorang ateis pada temannya yang mengimani sesuatu yang bernama “Tuhan”. Bagaimana menjawab pertanyaan di atas?

 Kita akan membahas pertanyaan ini :

Kalau Tuhan itu Mahabaik, Mahaadil, Mahatahu, mengapa Dia membiarkan kejahatan dan penderitaan ada di muka bumi ini ?

Sering kita merenungkan pertanyaan ini. Saya yakin pasti banyak juga di antara teman-teman yang bingung. Kira-kirakenapa ya Tuhan membiarkan adanya kejahatan di dunia ini? Bukankah Tuhan itu Mahaadil, Mahabaik dan Mahatahu?
Bukanlah Tuhan itu Mahakuasa. Dengan kekuasaan-Nya yang tak terbatas tentu mudah saja bagi Tuhan untuk melenyapkan segala kejahatan dan penderitaan di dunia ini. Simak artikel ini jika Anda penasaran akan jawaban atas pertanyaan yang tadi kita bahas.

Mengapa Tuhan “Membiarkan” Adanya Kejahatan?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami satu prinsip penting ini terlebih dahulu.

Prinsip pertama : Tuhan menganugerahi manusia dengan akal budi, pikiran, dan kebebasan.

Saya yakin Anda pasti setuju jika Tuhan itu memberi manusia kebebasan untuk memilih.
Buktinya manusia diberi hak untuk memilih.
Jodoh, siapa yang memilih?
Tentu saja kita punya kebebasan dalam memilih jodoh. Kita diberi hak untuk menentukan siapa yang akan menjadi pasangan hidup kita.
Contoh lain, agama.
Setiap manusia berhak memilih agama yang ia anut. Setiap manusia diberi hak untuk memilih kepercayaannya. Jika Tuhan mau, tentu saja mudah bagi-Nya untuk menyeragamkan umat manusia.
Sampai di sini, kita sependapat ya bahwa manusia diberi kebebasan untuk memilih.
Jika manusia diberi kebebasan, tentu saja manusia seolah-olah diberi kebebasan untuk berbuat. Manusia bisa memilih, ia ingin berbuat baik atau justru berbuat dosa.
Mengapa kejahatan itu timbul? Apakah Tuhan menciptakan kejahatan?
Tentu saja tidak. Kejahatan timbul karena manusia memilih untuk berbuat kejahatan. Seandainya tak ada satu pun manusia yang memilih berbuat jahat, apakah kejahatan akan muncul? Tentu saja tidak.
Jadi, sampai di sini kita sama-sama memahami bahwa Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Manusialah yang berbuat kejahatan.

Lantas, mengapa Tuhan seolah-olah membiarkan kejahatan terjadi?

Seperti yang kita bahas di awal, Tuhan memberi kebebasan bagi umat manusia.
Ketika manusia tersebut berbuat jahat, mengapa seolah-olah Tuhan membiarkan?
Tuhan tidak membiarkan, melainkan Tuhan konsisten terhadap apa yang sudah Ia ciptakan. Jika sudah Ia ciptakan manusia itu bebas maka tentu saja Tuhan tidak akan sedikit-sedikit  melakukan intervensi.
Tentu saja Tuhan akan dianggap tidak konsisten apabila ia memberi manusia kebebasan, tetapi sedikit-sedikit Tuhan melakukan intervensi dengan mencegah/menghilangkan kejahatan.
Pada dasarnya Tuhan tidak membiarkan kejahatan, tetapi Tuhan menghormati manusia. Bayangkan, Tuhan yang  Mahakuasa itu pun menghormati keputusan manusia. Tuhan tidak membiarkan manusia berbuat jahat, tetapi Ia menghormati pilihan manusia tadi untuk berbuat jahat (dosa).

Apa Buktinya Bahwa Tuhan Itu Tidak “Membiarkan” Kejahatan?

Bukti bahwa Tuhan tidak “membiarkan” kejahatan adalah Ia mengeluarkan larangan dan perintah. Bukankah dalam setiap agama sudah ada perintah dan larangan?
Apakah manusia diciptakan untuk berbuat dosa?
Jelas tidak. Manusia berbuat dosa karena ia sendiri yang memilih ingin berbuat dosa. Andaikan manusia setia pada perintah dan larangan Tuhan tentu ia tidak akan memilih dengan sengaja berbuat dosa.
Contoh kecil : korupsi.
Korupsi jelas merupakan dosa (bahkan dosa besar). Apakah Tuhan “membiarkan” orang korupsi?
Pada dasarnya Tuhan tidak membiarkan.
Buktinya dalam agama, kita sudah diajarkan untuk amanah, untuk jujur dan setia kepada yang benar. Lalu mengapa koruptor tetap saja ngotot mau korupsi?
Tidak lain tidak bukan adalah karena pilihannya sendiri. Lha wong Tuhan sudah mewanti-wanti, jangan korupsi, tetapi tetap saja si koruptor ngeyel.

Apa Akibatnya Kalau Manusia “Ngeyel” Tetap Mau Berbuat Kejahatan?

Akbatnya tentu saja adalah neraka.
Namun lagi-lagi kita harus jelas dulu pemahaman tentang neraka.
Neraka tidak selalu bermakna denotasi. Neraka juga ada dalam kehidupan dunia.
Pernahkah Anda melihat orang hidupnya bergelimang harta, penuh kemewahan tetapi keluarganya (maaf) berantakan, penuh dendam dan hidupnya tidak tenang? Bisa saja kondisi semacam itu menjadi “neraka” bagi orang yang mengalami.
Sudah menjadi pemahaman kita bahwa ketika seseorang berbuat dosa, hatinya menjadi tidak tenang bahkan gelisah. Akibat yang didapat apabila tetap “ngeyel” berbuat kejahatan sudah pasti adalah “neraka”. Ingat, neraka untuk setiap orang bisa berbeda lho ya. Neraka yang kita bahas di posting kali ini adalah neraka dalam makna konotasi. 

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Tuhan juga tidak membiarkan kejahatan. Tuhan sudah mencegah timbulnya kejatahan lewat firman, perintah dan larangan-Nya. Hanya saja, manusia yang diberi kebebasan sering kali salah dalam menggunakan kebebasan tersebut. Kesalahan dalam menggunakan kebebasan itulah yang kadang membuat manusia jatuh ke dalam dosa dan berbuat sesuatu yang dinamakan kejahatan.
Kebebasan yang diberikan oleh Tuhan adalah bentuk penghormatan dari Tuhan terhadap ciptaan-Nya. Jika Tuhan mau maka dengan mudah saja bagi-Nya untuk membumihanguskan semua kejahatan di muka bumi, tetapi Ia tetap konsisten dan menghormati pilihan ciptaan-Nya.

Semoga dengan refleksi sederhana ini kita semakin paham mengenai topik “mengapa seolah-olah Tuhan membiarkan terjadinya kejatahan di muka bumi“.

Pembahasan tentang mengapa Tuhan membiarkan penderitaan ada di bumi akan kita bahas di artikel berikutnya.


Komentar

Postingan Populer