Jurusan Baru Mengantisipasi Perkembangan "Mobile Apps"
Menurut Rupert Murdoch, generasi yang lahir di atas tahun 1982 lebih dikenal sebagai generasi digital natives atau "penduduk asli dunia digital". Pasalnya, ketika mereka lahir telah berada di lingkungan teknologi ICT yang sudah maju.
Cara manusia berinterakasi pun berubah drastis. Menurut Mark Weiser, seorang peneliti di Palo Alto Research Center of Xerox Co., saat ini manusia sudah memasuki era Ubiquitous Society atau suatu tatanan masyarakat yang di dalamnya setiap orang dapat terkoneksi dengan orang lain tanpa batas wilayah dan negara di manapun dan kapan pun. Kenapa hal ini bisa terjadi?
Perkembangan ICT, khususnya perkembangan teknologi komputer yang beralih dari desktop ke mobile device begitu cepat dan membuat orang dapat bekerja secara dinamis tanpa harus duduk berjam-jam di depan komputer. Terbukti, menurut laporan Nielsen, lebih dari 65 persen orang Indonesia bekerja dan mengakses jejaring sosial via mobile device.
Perkembangan teknologi mobile dan gadget yang sedemikian cepat membawa perkembangan bagi mobile apps yang juga semakin berkembang. Aplikasi game dan aplikasi sosial dan berbagai aplikasi lainnya berbasis mobile semakin marak ini ditengarai dengan jumlah mobile apps yang digelontorkan pengembang perankat mobile ke berbagai mobile apps.store.
Hal ini tentu menjadi peluang besar tumbuhnya enterpreneuermuda melalui start-up mereka. Dari sisi, industri mobile phonejuga memunculkan banyak vendor besar dan terkemuka, yang kemudian membutuhkan sumber daya mobile programmersemakin banyak.
Contoh saja Samsung, misalnya. Samsung sekurang-kurangnya membutuhkan 1000 lulusan sarjana komputer dengan kompetensi khusus di bidang mobile apps.& tech. Belum lagi, Blackberry, iOS dan Nokia dan lain-lainnya, termasuk industri developer lokal yang masih membutuhkan banyak tenaga ahli di bidang mobile apps.& tech.
Pada 2013 ini, menurut Gartner, peperangan mobile devices akan semakin seru antara dua vendor terbesar, yaitu Samsung dan Apple. Peperangan bisnis antara keduanya masih menjadi sorotan utama, ditambah perkembangan Mobile apps dan HTML 5 semakin marak. Belum lagi, kian banyak bermunculan Enterprise App Store yang memberikan kemudahan bagi banyak perusahaan untuk menggunakan mobile apps dalam operasionalnya sehari-hari.
Seperti dilansir beberapa media di Indonesia, bahwa jumlah pelanggan selular sudah melebihi jumlah penduduk Indonesia. Hal ini selain ditengarai bahwa seseorang bisa mempunyai beberapa telepon selular sekaligus, juga lantaran pemakaian telpon seluler sudah menyebar sampai ke pelosok tanpa memandang kelas ekonomi.
Fakta ini tentu memberikan gambaran bahwa peluang pasar yang besar di sektor mobile content. Bayangkan, satu mobile contentyang bisa diunduh 200 juta orang Indonesia, maka anggaplah seorang developer menerima fee untuk 1 mobile apps yang dinduh Rp 1000 saja, dapat dibayangkan berapa penghasilan yang dapat diterima oleh seorang developer, bukan?
Binus UniversityDalam kurikulum MAT dibangun 3 rumpun mata kuliah yang nantinya akan menjadi core kompetensi bagi lulusannya. Ketiga rumpun itu adalah Mobile Programming, Current Mobile Technology, serta Mobile Entrepreunership.
Tantangan bagi Indonesia Lalu,bagaimana menciptakan sumber daya manusia yang handal di bidang mobile application & technology sehingga bangsa Indonesia tidak selalu menjadi pemakai, tapi berperan penting dalam industri ini?
Melihat fakta dan tantangan di atas, Binus university sebagai salah satu institusi pendidikan yang sudah lama berdiri dan berkecimpung di dunia ICT khususnya, telah mengantipasi hal ini dengan melahirkan satu program baru yang diberi nama Program Mobile Application & Technologi (MAT). Proses pembentukan program ini dimulai sejak Februari 2010 dengan membangun komunitas bersama di area center Binus, yaitu antara IT Direktorat, Jurusan Teknik Informatika dan Software Laboratory Center (SLC) yaitu dengan membicarakan tren teknologi termutakhir beserta perkembangan ke depannya.
Sejak itu, IT Direktorat dengan Research Lab Binus University fokus kepada pengembangan solusi praktis dan siap terap menyambut dunia bisnis dan kehidupan sehari-hari. Jurusan TI dengan sumber daya manusianya sebanyak kurang lebih 6.000 mahasiswa dengan dibekali basic knowledge kuat dalam algoritma dan pemograman. SLC dengan praktisi laboratoriumnya juga sudah terlatih.
Ketiga komponen tersebut membentuk sinergi sangat kuat. Lalu, pada Agustus 2010, dengan pembicaraan yang intensif dari ketiga komponen di atas, dimulailah penyusunan kurikulum program baru MAT, yaitu suatu program yang membekali mahasiswa dengan hard skill berupa aitu pemrograman berbasis mobileteknologi serta soft skill membangun mahasiswa Binus yang memiliki norma-norma yang baik.
Awal 2011 lalu, penyusunan kurikulum sudah memasuki tahapreview dan dilanjutkan dengan pembuat materi perkuliahan. Kemudian, mulai September 2011, program MAT sudah mendapatkan mahasiswa angkatan pertamanya.
Posisi Strategis MAT Binus University
MAT Binus University mempunyai posisi strategis untuk menghasilkan sumber daya lulusan yang handal di bidang mobile apps.& tech. Untuk itulah, di dalam kurikulum MAT dibangun 3 rumpun mata kuliah yang nantinya akan menjadi core kompetensi bagi lulusannya.
Ketiga rumpun itu adalah Mobile Programming, Current Mobile Technology, serta Mobile Entrepreunership.
Ketiga rumpun beserta mata-mata kuliah binaannya itu akan membuat kualitas kompetensi lulusan MAT akan mengarah kepada dua domain besar, yaitu tenaga ahli Mobile Apps.&Tech yang sangat dibutuhkan perusahaan besar mobile industri, serta entrepreneur mobil apps.& tech handal.
Saat ini, meskipun terbilang program baru, tetapi para mahasiswa MAT sudah dapat menghasilkan produk mobile apps dari perkuliahan yang baru mereka jalani 3 semester. Bahkan, produk berbasis Android tersebut sudah di upload di playstore. Walaupun masih gratis, bagi mahasiswa MAT ini adalah pencapaian luar biasa, terutama sebagai fortfolio mereka di semester 3.
Tak hanya mahasiswa. Para dosen MAT juga tidak ketinggalan untuk melakukan riset unggulan di bidang Mobile Apps. & Tech, yaitu dengan produk risetnya yang bertitel Computational Intelligence Method For Early Diagnosis Dengue Haemorrhagic Fever Using Fuzzy Inference System on Mobile Devices.
Perjalanan MAT di Binus University semakin berkembang pesat. Meskipun terbilang baru berjalan 2 tahun, tetapi MAT sudah banyak berkolaborasi dengan industri, khususnya industri besar diMobile Apps. & Tech, seperti Nokia, Samsung, Blackberry, dan lainnya. Jurusan ini juga turut aktif bersama komunitas developer dan praktisi mobile apps.& tech dalam mengembangkan skil dan pengetahuan mengenai perkembangan industri mobile, khususnya di Indonesia. Salah satunya dengan rajin mengikuti dan menyelenggarakan mobile gathering seperti Mobile Monday Goes to Campus dan kegiatan lainnya.
Khusus kerjasama dengan Blackberry Academic Program kini sudah dapat dilihat di MAT on Blackberry Spotlight pada di:http://us.blackberry.com/company/blackberry-academic-program/faculty.html.
Komentar
Posting Komentar